Menggosok gigi adalah salah satu aktivitas yang menjadi kebiasaan manusia, dan sudah dikenalkan sejak kita kecil. Walau nampak sepele, tetapi aktivitas ini sangat berpengaruh pada interaksi sosial karena termasuk salah satu bagian dari penampilan. Ternyata, menggosok gigi atau bersiwak juga ada kaitannya dengan ibadah. Misalnya jika kita tidak menggosok gigi sebelum salat, maka sisa makanan yang ada di gigi akan rawan tertelan dan menyebabkan salat menjadi batal.
وا وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يُعَوِّدَ الصَّبِيَّ السِّوَاكَ لِيَأْلُفَهُ كَسَائِرِ الْعِبَادَاتِ
Para ulama mengatakan bahwa disunnahkan untuk melatih kebiasaan anak kecil untuk bersiwak supaya anak terbiasa melakukannya sebagaimana ibadah-ibadah yang lain,
(Imam Nawawi, Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzab, [Dar al-Fikr], juz 1, hal. 283)
Sebetulnya, Islam menyunnahkan kita untuk bersiwak menggunakan kayu arok. Namun jika kayu tersebut sulit ditemukan, maka kita dapat menggunakan benda lain dengan permukaan kasar seperti sikat gigi. Bersiwak juga disunnahkan dilakukan secara berulang untuk salat yang mempunyai takbiratul ihram berulang-ulang seperti salat tarawih, dhuha, salat qabliyah ba’diyah empat rakaat yang dilakukan dengan dua kali salam, dan lain sebagainya. Kesimpulan ini diambil dari redaksi hadits yang menggunakan frasa “niscaya saya perintahkan kepada mereka untuk bersiwak setiap kali salat.”
إذَا أَرَادَ أَنْ يُصَلِّيَ صَلَاةً ذَاتَ تَسْلِيمَاتٍ كَالتَّرَاوِيحِ وَالضُّحَى وَأَرْبَعَ رَكَعَاتٍ سُنَّةَ الظُّهْرِ أَوْ الْعَصْرِ وَالتَّهَجُّدَ وَنَحْوَ ذَلِكَ اُسْتُحِبَّ أَنْ يَسْتَاكَ لِكُلِّ رَكْعَتَيْنِ لِقَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَأَمَرْتهمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ أَوْ مَعَ كُلِّ صَلَاةٍ وَهُوَ حَدِيثٌ صَحِيحٌ كَمَا سَبَقَ
Jika ada orang yang ingin melakukan shalat yang mempunyai banyak salam seperti shalat tarawih, dhuha, shalat empat rakaat sunnah dzuhur dan ashar, tahajjud, dan lain sebagainya, maka disunnahkan bersiwak setiap kali dua rakaat karena berdasar sabda Rasulullah SAW ‘niscaya akan aku perintahkan kepada mereka untuk bersiwak pada setiap kali shalat.’ Hadits tersebut shahih,
(Imam Nawawi, Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzab, hal. 283)
Lalu bagaimana tata cara gosok gigi atau bersiwak yang disunnahkan? Berikut kesunnahan dalam bersiwak sesuai dengan kitab Al Baijuri, juz 1, halaman 84-85:
Pertama
Memulainya dengan niat. Orang yang gosok gigi secara kebetulan atau memang sudah menjadi rutinitasnya setiap hari, bisa tak mendapat kesunnahan bersiwak ketika dijalankan tanpa niat melakukan kesunnahan.
Kedua
Bersiwak menggunakan tangan kanan. Hal ini dilakukan karena mengikuti perilaku Rasulullah SAW yang ketika menjalankan hal-hal baik menggunakan tangan kanan. Hal ini juga menjadi pembeda antara bersiwak dan istinja’ (cebok) atau kegiatan yang identik dengan barang kotor lainnya.
Ketiga
Jari kelingking berada di bawah batang siwak (atau sikat gigi). Sedangkan jari manis, jari tengah dan jari telunjuk berada di atas batang siwak dan jempol berada di bawah bagian kepada siwak. Setelah bersiwak, hendaknya batang siwak diletakkan di bagian belakang telinga kiri.
ويسن ان يجعل الخنصر من اسفله والبنصر والوسطى والسبابة فوقه والإبهام اسفل رأسه ثم يضعه بعد ان يستاك خلف أذنه اليسرى لخبر فيه
Disunnahkan menjadikan jari kelingking berada di bawah batang siwak, sedangkan jari manis, tengah dan telunjuk di atasnya dan jempol di bagian atas kepala siwak. Setelah bersiwak, kayu siwak diletakkan di belakang telinga bagian kiri. Hal ini berdasarkan hadits Baginda Nabi Muhammad SAW,
(Ibrahim Al-Bayjuri, Hasyiyah Syekh Ibrahim Al-Bayjuri, [Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut], juz 1, hal. 84)
Masih dalam kitab yang sama, sebagian ulama menyunnahkan membaca doa berikut pada saat permulaan gosok gigi:
اَللَّهُمَّ بَيِّضْ بِهِ أَسْنَانِيْ، وَشُّدُّ بِهِ لِثَاتِىْ، وَثَبِّتْ بِهِ لَهَاتِيْ، وَبَارِكْ لِيْ فِيْهِ ياَ اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
“Ya Allah, semoga Engkau putihkan gigi-gigiku, kokohkan gusi-gusiku, kuatkan katup nafas kami, berilah kami keberkahan, wahai Dzat yang Maha-paling kasih.”
Keempat
Disunnahkan menelan ludah pada kali pertama memulai bersiwak walaupun kayu atau batang siwak yang dibuat untuk gosok gigi tidak dalam kondisi baru. Ada kesunnahan menyuci batang siwak pada setiap kali bersiwak.
Kelima
Panjang batang sikat gigi atau kayu siwak makruh jika lebih panjang dari satu jengkal. Apabila lebih dari satu jengkal, konon setan numpang naik pada sisi lebihnya.
Lima hal tersebut adalah beberapa sunnah ketika bersiwak atau menyikat gigi yang sayang jika tak diamalkan. Dengan memerhatikan sunnah tersebut, menggosok gigi bukan lagi berdiri sebagai kebiasaan, tetapi juga akan bernilai ibadah.