Semenjak maraknya kasus-kasus di dunia digital yang melibatkan data personal pengguna yang terekspos dan disalahgunakan bahkan dijual, kita semakin berhati-hati dan mewanti-wanti kerabat keluarga kita untuk benar-benar menjaga datanya. Nama lengkap saja kita anggap hal yang awal kita membuat akun social media dulu adalah hal yang lumrah, kini kita merasa insecure untuk mempublikasikannya. Mungkin karena itu banyak akun dengan nama panggung atau nama sapaan yang tidak menggunakan nama aslinya.
Perubahan cara kita menyikapi privasi internet khususnya terkait data personal kita menjadikan ini salah satu problem yang semakin mendesak. Awalnya itu adalah hal yang penting tapi tapi tidak mendesak, sekarang menjadi penting dan mendesak. Faktanya memang data di internet bukan cuma soal data yang menempel ke pengguna sebagai identitas, lebih dari itu setiap kali kita berselancar di dunia maya, kita meninggalkan jejak digital yang bisa dilacak oleh berbagai pihak, mulai dari perusahaan teknologi hingga pemerintah. Data histori pribadi kita seperti lokasi, kebiasaan belanja, dan bahkan preferensi pribadi, dapat dengan mudah diakses dan digunakan tanpa sepengetahuan kita. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: seberapa aman sebenarnya data kita di internet?
Evolusi Privasi Pengguna Internet
- Tahun 1990-an
Sejak awal munculnya internet, privasi pengguna telah mengalami banyak perubahan. Pada tahun 1990-an, ketika internet mulai populer, banyak orang yang tidak menyadari pentingnya privasi. Data pribadi sering kali dianggap sebagai informasi yang tidak terlalu berharga. Nama, alamat email, nomor telepon, dan informasi pribadi lainnya dengan bangga dipajang di berbagai website. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan meningkatnya penggunaan internet, kesadaran akan privasi mulai tumbuh. - Tahun 2000-an
Pada awal 2000-an, muncul berbagai regulasi yang bertujuan untuk melindungi privasi pengguna, seperti Undang-Undang Perlindungan Privasi Anak di Internet (COPPA) di Amerika Serikat. Di Indonesia, meskipun regulasi tentang privasi data masih dalam tahap pengembangan, beberapa inisiatif telah dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melindungi data pribadi. - Sekarang
Kini dengan adanya GDPR (General Data Protection Regulation) di Eropa, banyak perusahaan di seluruh dunia mulai menerapkan kebijakan privasi yang lebih ketat. GDPR memberikan hak kepada individu untuk mengontrol data pribadi mereka, termasuk hak untuk mengakses, mengubah, dan menghapus data yang dimiliki oleh perusahaan. Ini adalah langkah besar menuju perlindungan privasi pengguna di era digital.
Tantangan Internet Privacy
Meskipun ada kemajuan dalam perlindungan privasi, tantangan tetap ada. Karena pada akhirnya, semua kemajuan teknologi adalah tools yang di-trigger oleh manusia atau penggunanya. Seberapa teredukasi penggunanya akan menentukan seberapa aman data pribadinya.
- Aplikasi dengan hak akses data
Pasti familiar kan ketika menggunakan aplikasi tertentu, si aplikasi akan meminta permission atau izin untuk mengakses data kita atau aplikasi lain. Salah satu tantangan terbesar adalah banyaknya aplikasi dan layanan yang meminta akses ke data pribadi kita, dan sering kali kita setuju tanpa membaca syarat dan ketentuan yang panjang. Menurut survei yang dilakukan oleh Norton, sekitar 70% pengguna internet tidak membaca kebijakan privasi sebelum menggunakan aplikasi. Termasuk ketika kita register ke akun tertentu, jika ada langkah yang menjelaskan tentang terms & agreements, kita cenderung melewati atua skip untuk membaca, betul begitu? - AI dan big data
Seperti kita ketahui bahwa Artificial Intelligence (AI) juga membutuhkan referensi supaya bisa seakurat dan sepersonal mungkin menjawab pertanyaan kita, referensinya adalah dari big data. Perusahaan pengembang AI dapat mengumpulkan data dalam jumlah besar dan menganalisisnya untuk mendapatkan wawasan yang lebih dalam tentang perilaku penggunanya. Ini menimbulkan pertanyaan etis tentang seberapa jauh perusahaan boleh melangkah dalam mengumpulkan dan menggunakan data pribadi. Tanpa kita sadari, kita memberikan hal-hal yang sangat personal ke big data AI, memang kesannya paradoks, itulah kenapa kita tidak harus menggantungkan sepenuhnya ke AI.
Lalu, bagaimana best practice untuk mencegah data kita semakin ter-expose oleh dunia online dan robot yang crawling setiap data kita?
- Pahami kebijakan privasi
Penting untuk selalu membaca kebijakan privasi sebelum menggunakan aplikasi atau layanan baru, minimal poin-poin penting yang harus dipastikan ada, misalnya pemilik aplikasi tidak akan menyebarluaskan data tanpa sepengetahuan kita, data tidak bisa digandakan atau diubah tanpa seizin kita. Meskipun mungkin terasa membosankan membaca kebijakan privasi dari suatu aplikasi, setidaknya kita tahu karakter dan lebih tenang ketika menggunakan aplikasi karena kita dengan sadar tahu apakah ada ancaman di balik manfaat si aplikasi yang kita gunakan. - Atur privasi di berbagai platform
Pengaturan privasi ini ada di 2 level, pertama di level device yang mana berlaku ketika menggunakan gadget kita, kedua di semua aplikasi yang kita gunakan yang sekiranya terdapat data pribadi kita. Banyak platform menawarkan opsi untuk mengatur siapa yang dapat melihat informasi pribadi kita, termasuk penggunaan 2FA (Two Factors Authentication) yang mana zaman sekarang jadi fitur wajib. - Aplikasi keamanan tambahan
Fokus keamanan data harusnya dilakukan di tingkat preventif alias pencegahan. Maka aktivitas mulai dari membaca privacy policy aplikasi sampai penggunaan aplikasi keamanan tambahan harusnya sudah jadi hal lazim kita lakukan di era sekarang. Pertimbangkan untuk menggunakan alat keamanan tambahan, seperti VPN (Virtual Private Network) yang dapat membantu menyembunyikan alamat IP kita dan mengenkripsi data yang kita kirimkan, bisa juga dengan aplikasi anti-malware, pastikan juga menggunakan versi sistem operasi dan aplikasi yang terbaru.
Jangan ditanya berapa harga privasi data kita. Walaupun setiap orang pasti punya pendapat masing-masing, tapi yang jelas disepakati adalah privasi data mutlak harus dijaga. Bayangkan, kamu sedang mencari informasi tentang produk baru yang ingin kamu beli. Tanpa kamu sadari, data pencarianmu bisa saja dijual kepada pihak ketiga yang kemudian menggunakannya untuk menargetkan iklan yang lebih agresif. Ini bukan hanya tentang iklan yang mengganggu, tetapi juga tentang bagaimana data kita bisa disalahgunakan. Ketika privasi kita terancam, rasa aman dan nyaman saat berselancar di internet pun ikut hilang.