Siapa yang menyangka sebuah permainan di smartphone bisa menjelma menjadi sebuah cabang olah raga, resmi, diakui, dan dipertandingkan sampai di level dunia? Siapa yang memprediksi sebuah permainan yang umumnya hanya dipertandingkan untuk acara selebrasi tertentu, kini sudah menjadi agenda rutin antar negara untuk adu skill dan membanggakan negara? Para orang tua yang awalnya melarang keras, dengan tau dampak positifnya justru memfasilitasi dan memberi arahan. Esport dengan berbagai pro kontranya terbukti memberi warna baru, menjadi kebanggan, menjadi identitas sampai menjadi dream job para millenials dan Gen Z.

Pertumbuhan Industri

Berbanding lurus dengan perkembangan spesifikasi dan durability smartphone, industri esport berkembang semakin pesat. Menurut laporan dari Newzoo, pendapatan global dari industri esports mencapai $1,1 miliar pada tahun 2022 atau setara lebih dari 15 triliun rupiah. Tidak heran banyak game house atau vendor yang muncul bahkan menspesialisasikan diri di bidang games online. Bahkan banyak perusahaan besar seperti Coca-Cola, Red Bull, dan Intel telah berinvestasi di industri esports.

Personal Branding Pemain

Kemunculan pemain esport di channel-channel YouTube dan social media lain menjadi sarana audience mengenal sampai tertarik terjun langsung di dunia esport. Itu melahirkan profesi-profesi yang tidak ada sebelumnya seperti esport BA (Brand Ambassador), esport streamer, esport team/agency, sampai yang paling serius adalah atlit esport. Ya, tidak salah, jika berkontestasi secara profesional, yang awalnya hanya disebut pemain, kini profesinya beralih lebih serius sebagai atlet. Jadi, jangan heran jika banyak generasi milenial mengidamkan menjadi atlet esport.

Turnamen

Jika sudah masuk ke ranah profesional, pertandingan sudah jadi keniscayaan. Level lokal, nasional, sampai kelas dunia dihelat untuk mencari player terbaik. Ini juga sebagai ajang promosi dari permainan atua games itu sendiri, karena perlu diketahui bahwa tidak semua games bisa diturnamenkan. PON XX di Papua pada 2021 lalu juga memasukkan esport sebagai salah satu cabang olah raga yang dilombakan. Esports telah menjadi olahraga resmi pada Asian Games 2018 dan Asian Games 2022. Ini menunjukkan bahwa esports semakin diterima sebagai cabang olahraga yang sah. Turnamen besar esports seperti League of Legends World Championship dan The International telah menarik jutaan penonton online.

Komunitas

Bermula dari jenis games, kemudian ke komunitas dan agency. Mereka membuat agenda rutin baik online maupun offline. Membuat merchandise unik sebagai identitas. Bahkan tak jarang sering ada perselisihan antar fanatik game yang saling mengunggulkan pilihan games mereka. Beberapa games yang sering dilombakan adalah The International untuk Dota 2, League of Legends World Championship, dan Overwatch League. Game yang dimainkan di smartphone seperti Mobile Legend dan fortnite juga tidak lolos dari games yang dilombakan.

Peluang Baru

Walaupun exposure terbesar ada di games dan personal branding atletnya, terbukti peluang pekerjaan baru muncul seperti caster atau game streamer, analis game, manajer tim esport, sampai dengan vendor atau pengembang game itu sendiri. Dengan angka fantastis dari perkembangan industri, sudah selayaknya peluang baru ini menjadi pilihan utama para milenials.

Dengan berbagai stigma di sekitar esports sebagai olahraga yang kurang bermanfaat bagi kesehatan, banyak tim esports sekarang memiliki pelatih kesehatan dan kebugaran untuk membantu para pemain mempertahankan kondisi fisik dan mental mereka. Perlu diingat, skill dan pengalaman esport selayaknya atlet olah raga umumnya, diperlukan latihan dan mental yang matang. Ini membuktikan jika esport dikelola secara profesional makan akan menghasilkan industri yang sehat. Esports juga telah menginspirasi banyak orang untuk mengejar karir di industri game dan teknologi.

Share This

Share This

Share this post with your friends!