Bisa dibilang bahwa masa pandemi jadi salah satu momen dimana anak mulai intens berinteraksi dengan gadget daripada biasanya. Biasanya bisa jadi hanya akses di jam tertentu, atau bahkan dibatasi sama sekali. Tapi karena gadget seperti smartphone, tablet, dan laptop menjadi medium utama ketika harus sekolah daring, maka intensitas dengan gadget menjadi keniscayaan. Efek awalnya pasti jadi ketergantungan, efek selanjutnya biasanya adalah keingintahuan yang menjadi penjembatan anak untuk eksplorasi gadget-nya lebih dari aksesnya untuk mendukung kegiatan belajar mengajar.
Di era digital, jarang sebuah gadget bisa maksimal fitur dan manfaatnya jika tidak terkoneksi dengan internet. Dan seperti kita ketahui, ketika terkoneksi dengan internet, banyak distraksi yang membuat kita ingin berlama-lama di depan gadget. Anak-anakpun di berbagai platform atau aplikasi semakin terpapar pada berbagai konten online yang berpotensi tidak aman. Menurut data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia, sekitar 70% anak-anak di Indonesia mengakses internet setiap hari. Hal ini tentu menjadi perhatian serius bagi orang tua. Tanpa pengawasan yang tepat, anak-anak bisa terjebak dalam berbagai risiko, mulai dari konten yang tidak pantas hingga interaksi dengan orang tak dikenal yang berpotensi bahaya.
1. Edukasi tentang Internet
Literasi dengan cara memberitahukan informasi kepada anak-anak tentang penggunaan internet yang aman adalah langkah pertama yang wajib dilakukan. Ajak diskusi tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat online, misalnya:
- tidak membagikan informasi pribadi: alamat rumah atau nomor telepon kepada orang yang tidak dikenal
- tidak membagikan kode OTP (One-TIme Password)
- tidak asal meng-click link tidak dikenal atau mencurigakan
2. Gunakan Alat Pengawasan
Ada banyak aplikasi yang dirancang untuk membantu memantau aktivitas online anak. Fitur-fitur di aplikasinya seperti
- melihat situs yang dikunjungi
- melihat screen-time
- memantau pesan yang dikirim dan diterima
- membatasi aplikasi tertentu untuk diakses: bisa total tidak bisa diakses atau dibatasi
Dengan aplikasi tambahan ini merupakan aksi preventif supaya anak tetap bsia melakukan aktivitas online tanpa melewati batas-batas yang kita tentukan. Tapi penting untuk diingat bahwa aplikasi tambahan ini sebagai tambahan, bukan pengganti komunikasi terbuka dengan anak.
3. Tetapkan Aturan yang Jelas
Membuat aturan yang jelas tentang penggunaan internet sangat penting, ini salah satu bentuk komunikasi terbuka dan kesepakatan dengan anak. Yang umum dilakukan adalah pembatasan waktu atau durasi:
- waktu yang diperbolehkan untuk bermain game atau berselancar di social media.
- waktu boleh menggunakan internet setelah menyelesaikan pekerjaan rumah atau hanya pada waktu tertentu di malam hari.
Dengan cara ini, anak-anak akan belajar untuk mengatur waktu mereka dan memahami bahwa ada batasan dalam penggunaan teknologi.
4. Kenali Konten yang Aman
Sebagai orang tua juga harus selalu update untuk mengetahui konten yang aman dan sesuai untuk anak-anak. Luangkan waktu untuk riset kecil-kecilan tentang aplikasi, game, dan situs web yang populer di kalangan anak-anak. Banyak platform menyediakan pengaturan privasi dan kontrol orang tua yang dapat membantu orang tua mengatur apa yang dapat diakses oleh anak. Dengan mengenali konten yang aman, insya Allah aktivitas online anak tetap nyaman dan orang tua bisa lebih percaya diri dalam membiarkan anak menjelajahi dunia digital.
Melindungi anak-anak dari risiko online bukanlah tugas yang mudah, tidak susah tapi tidak mudah juga, tetapi itu adalah tanggung jawab yang harus diambil oleh setiap orang tua. Dengan memberikan edukasi, menggunakan alat pengawasan, menetapkan aturan yang jelas, menciptakan lingkungan yang terbuka, dan mengenali konten yang aman, orang tua dapat membantu anak-anak menjelajahi dunia digital dengan lebih aman. Ingatlah bahwa komunikasi adalah kunci. Jangan ragu untuk berbicara dengan anak tentang pengalaman mereka dan selalu siap untuk mendengarkan.