Berbicara tentang pendidikan di sekolah, tidak keluhan dari berbagai pihak. Seolah saling menyalahkan satu sama lain.

Seorang guru misalkan. Sudah memberikan pengajaran yang begitu maksimal di sekolah, tapi pas di rumah tidak ada tidak lanjut oleh orangtua. Hingga akhirnya, apa yang diajarkan di sekolah hanya bertahan sampai sekolah saja. Tidak sampai di rumah apalagi kehidupan nyata.

Seorang ibu juga. Berharap anak diajarkan segalanya di sekolah oleh guru. Berharap agar jadi penghafal Quran dan anak yang shalih. Tapi nyatanya tidak banyak perubahan yang dialami anak saat kembali di rumah. Ibu pun menyalahkan guru tidak bisa mengajarkan anaknya.

Ayah pun begitu. Sudah lelah mencari nafkah pagi, siang, petang, hingga malam agar anak bisa sekolah sebaik-baiknya. Tapi sang ayah tidak merasakan hasilnya di anak. Ayah hanya melihat anak seperti anak pada umumnya. Bahkan terkesan menghindari ayahnya.

Apa yang salah? Siapa yang salah? Apakah guru yang tidak bisa mengajar? Atau ibu yang abai sebagai peran madasarah utama? Atau ayah yang lupa bahwa dirinya adalah pemimpin rumah tangga?

Pendidikan anak adalah tanggung jawab semuanya. Guru, ibu, ayah dan elemen keluarga lainnya. Termasuk elemen masyarakat seperti tetangga. Karena bagaimana bisa seseorang jika hanya diajarkan setengah-setengah saja.

Contohnya, di sekolah belajar untuk menghafal Quran oleh gurunya. Tapi di rumah, tidak ada sosok yang bisa mendengarkan murajaaah bagi sang anak. Ditambah lagi kondisi tetangga yang tidak mendukung. Salah siapa?

Kasus lainnya. Orangtua, baik ayah dan ibu sudah membuat perencanaan matang bagi pendidikan anaknya. Misalkan ingin menjadi calon ulama. Tapi malah menempatkan anak di sekolah umum yang belajar agamnya minim. Sekali sepekan saja. Lantas menyalahkan sekolah umum tidak bisa menjadi sekolah terbaik bagi anaknya.

Sekali lagi, pendidikan adalah peran semuanya. Ayah, ibu, dan guru di sekolah.

Guru dan sekolah memang menjadi madrasah yang anak menghabiskan banyak waktu di sana. Hampir seharian bersama guru dan sekolah. Maka bayangkan saja jika seharian anak berada di lingkungan yang salah, apa jadinya? Sebagian usianya sia-sia.

Ibu memang menjadi madrasah utama bagi anaknya. Ibu lah yang melahirkan, menyusui, dan mempunyai banyak waktu bersama anaknya semasa kecil hingga masuk ke usia sekolah. Maka di usia dini, penting bagi ibu untuk menanamkan banyak nilai kehidupan bagi sang anak. Pun saat memasuki usia sekolah, bukan berarti peran ibu sebagai madrasah hilang begitu saja. Ibu akan selalu ada. Karena kasih ibu sepanjang masa.

Bagaimana dengan ayah? Ayah pun punya peran. Karen ayah adalah pemimpin dalam keluarga, maka ayah adalah kepala sekolah dari madrasah. Ibarat kapal, ayahlah yang menjadi penunjuk arah. Ayahlah yang menjadi nahkoda kapal, akan pergi ke mana bathera rumah tangga. Apakah mengikuti arus laut begitu saja, atau merencanakan sedemikian rupa agar bisa masuk surga sekeluarga?

Karena pendidikan anak adalah peran semuanya. Guru yang menjadi pendukung di sekolah, ibu yang menjadi madrasah, dan ayah yang menjadi kepala sekolah.

Siapkah guru, ibu, dan ayah saling berkolaborasi untuk tujuan yang sama?

Share This

Share This

Share this post with your friends!