Nabi Ayub adalah seorang nabi yang berasal dari Romawi. Kisah nabi Ayub merupakan kisah yang penuh kesabaran dan hikmah. Sebelumnya, Nabi Ayub merupakan orang yang sangat kaya raya. Dia memiliki harta yang berlimpah, anak yang banyak, dan juga merupakan orang yang shaleh.
Hingga suatu hari, Allah menguji Nabi Ayub dengan penyakit lepra atau kusta. Bersamaan dengan itu, Nabi Ayyub juga kehilangan harta dan anak-anaknya. Hal tersebut berlangsung selama puluhan tahun sebelum pada akhirnya Allah mengangkat semua kesulitan tersebut dan menggantinya dengan sesuatu yang jauh lebih baik dan lebih banyak dibandingkan dengan yang hilang.
Ada banyak hikmah yang bisa diambil dari kisah Nabi Ayyub, berikut ini adalah beberapa di antaranya.:
1. Bersyukur dan dermawan saat kaya, dan bersabar saat miskin
Saat memiliki harta yang berlimpah, Nabi Ayyub bukanlah orang yang kikir dan tamak. Orang – orang mengenal Nabi Ayyub sebagai orang yang baik, bertakwa, dan menyayangi orang miskin. Dengan harta yang dimiliki, Nabi Ayyub biasa memberi makan orang miskin, menyantuni janda, anak yatim, dan ibnu sabil.
Sedangkan ketika diuji dengan kemiskinan, Nabi Ayyub tetap menjadi orang yang sabar. Dalam keadaan miskin dan sakit, Nabi Ayyub tidak berhenti berdzikir kepada Allah. Meskipun saat itu dia kehilangan harta, anak, dan dijauhi oleh orang sekitar.
2. Tidak meletakkan kesedihan dan kebahagiaan pada harta yang dimiliki
Ujian yang dialami oleh Nabi Ayyub berlangsung hanya dalam waktu 3 hari. Dalam waktu tersebut, hidup Nabi Ayyub langsung berbanding terbalik. Beliau kehilangan seluruh harta juga anak – anaknya. Siapapun pasti akan merasa sedih bahkan protes kepada Allah jika mengalami ujian yang dialami oleh Nabi Ayyub.
Akan tetapi, Nabi Ayyub masih mampu bersabar dan tetap berprasangka baik kepada Allah. Hal ini karena beliau menyadari bahwa segala yang dimilikinya adalah milik Allah. Dan Allah bisa mengambilnya kapan saja Allah inginkan. Sehingga beliau tidak meletakkan kesedihan dan kebahagiaan pada apa yang dimilikinya.
3. Ujian yang datang akan sesuai dengan tingkatan keimanan
Setiap orang pasti akan mendapatkan ujian sesuai dengan tingkatan keimanan. Semakin tinggi tingkatan keimanan seseorang, maka akan semakin sulit juga ujian yang akan dia dapatkan. Dan saat menghadapi ujian tersebut lah kita bisa mengetahui ada dimana tingkatan kita.
Ada empat tingkatan manusia saat dia menghadapi musibah. Yang pertama adalah yang lemah, yaitu yang banyak mengeluh kepada makhluk. Kedua, adalah bersabar, yang hukumnya adalah wajib. Ketiga, adalah orang yang ridha. Tingkatan ini adalah tingkatan yang lebih tinggi dari sabar. Dan terakhir adalah orang yang bersyukur, yaitu orang yang dapat menganggap suatu musibah sebagai nikmat.
4. Berdoa kepada Allah dengan doa yang baik
Nabi Ayyub menjalani ujian selama puluhan tahun. Sampai suatu hari, istrinya meminta Nabi Ayyub untuk meminta kesembuhan kepada Allah. Namun, nabi Ayyub justru merasa malu karena masa sakitnya masih tidak sebanding dengan masa sehatnya.
Kemudian, ketika masa sakitnya sudah sebanding, istri Nabi Ayyub memintanya untuk kembali berdoa. Nabi Ayyub pun berdoa dengan doa yang sangat indah dan tidak memaksa. Doa tersebut diabadikan dalam Qur’an surat Al-Anbiya ayat 83 – 84 yang berbunyi:
Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Rabbnya: “(Ya Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Rabb Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.
Itulah beberapa hikmah yang bisa diambil dari kisah Nabi Ayyub. Seorang nabi yang sangat sabar terhadap ujian yang dialami. Semoga kita pun bisa meneladani kisah kesabaran Nabi Ayyub tersebut.