Salman al-Farisi adalah salah seorang sahabat yang berasal dari Persia, sebuah desa yang pada saat ini berada di Iran. Itulah kenapa dirinya disebut sebagai al-Farisi. Di kota kelahirannya, Salman adalah orang yang bertugas menjaga api. Hal ini membuatnya menjadi salah satu orang dengan kedudukan social tinggi di tempat yang didominasi oleh orang Majusi tersebut.

Perjalanan Salman hingga bertemu dengan Islam cukup kompleks dan menarik untuk dibahas. Karena di dalamnya juga tersimpan berbagai hikmah dan pembelajaran.

1. Berusaha mencari kebenaran dengan sebaik – baiknya

Allah akan menyambut setiap orang yang mencari kebenaran. Saat seseorang melangkah menuju Allah, maka Allah akan mendekat 10 langkah kepada kita. Namun, tentu saja kita harus berusaha melangkah menuju Allah terlebih dahulu. Sebagaimana cerita perjalanan Salman mencari kebenaran.

Meskipun berasal dari kota yang didominasi oleh orang Majusi, pada suatu masa, Salman merasa ada hal yang membingungkan dari agamanya tersebut. Hingga suatu hari, dia melihat sebuah gereja dan masuk ke dalamnya. Di sana, Salman melihat orang yang sedang berdoa dan terkesan dengan cara berdoa mereka.

Hal ini kemudian dia ceritakan kepada ayahnya. Salman mengatakan pikirannya bahwa agama Kristen lebih baik dari agama Majusi. Akibatnya, ayah Salman merantainya. Namun Salman berhasil melarikan diri hingga ke Syam. Dari sinilah pencarian kebenaran Salman dimulai.

Salman sempat tinggal bersama seorang Uskup di Suriah. Kemudian pergi ke Irak untuk belajar. Dan berlanjut ke Turki. Di sanalah dia bertemu dengan orang yang mengatakan tentang keberadaan seorang Nabi di Arab Saudi. Untuk bisa sampai ke sana, Salman ikut dengan sekelompok orang yang malah menjualnya sebagai budak kepada seorang Yahudi.

Salman yang telah menjadi budak ini pun kemudian dibawa ke Madinah. Di sini, Salman bertemu dengan Nabi Muhammad dan mencari bukti kenabian dalam diri Muhammad. Begitu yakin akan kenabian Nabi Muhammad, Salman kemudian beriman dan masuk Islam.

2. Tidak boleh kecewa saat seseorang tidak melakukan hal yang benar

Setiap orang pasti memiliki kesalahan. Termasuk orang yang dipandang baik sekalipun. Hal ini pun dialami oleh Salman saat dia tinggal di Suriah bersama seorang uskup. Salman melihat bahwa uskup yang disebut sebagai uskup terbaik itu biasa mengumpulkan uang untuk amal. Akan tetapi, uang tersebut malah dia gunakan untuk dirinya sendiri.

Salman merasa bahwa uskup tersebut adalah orang jahat dan sangat membenci uskup tersebut. Akan tetapi, setelah uskup tersebut meninggal, penggantinya adalah uskup yang sangat shaleh. Salman pun sangat menyayangi uskup baru ini.

3. Kaum Muslimin harus membantu mereka yang baru masuk Islam

Dalam islam, dakwah tidak hanya terbatas pada ucapan atau bicara saja. Memberi bantuan juga merupakan bagian dari dakwah. Baik itu bantuan dalam bentuk keuangan ataupun hubungan social. Karena saat seseorang melakukan hijrah atau bertaubat, orang tersebut bukan hanya membutuhkan nasehat saja. Tapi juga teman.

Hal ini sejalan dengan apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dan para sahabat. Saat Salman al-Farisi masuk islam, statusnya masih sebagai budak. Kemudian, dengan bantuan Nabi dan para sahabat, Salman pun dibebaskan dari status budak dan menjadi orang merdeka.

Itulah beberapa hikmah yang bisa diambil dari kisah seorang Salman al-Farisi. Selain hikmah tersebut, tentu saja masih banyak hikmah lain yang bisa diambil dari kisah Salman al-Farisi ataupun sahabat lainnya. Karena itulah, sebagai seorang muslim kita tidak boleh berhenti mencari tahu dan mengambil hikmah dari kisah – kisah di masa lampau.

Share This

Share This

Share this post with your friends!