Setiap hari Jumat, kita dianjurkan untuk membaca surah Al-Kahfi. Salah satu keutamaannya adalah agar kelak di akhirat kita mendapatkan “cahaya”.
Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jum’at, dia akan disinari cahaya di antara dua Jum’at.
(HR. An Nasa’i dan Baihaqi)
Sebagian dari kita mungkin sudah terbiasa membaca surah Al-Kahfi setiap hari Jumat. Alhamdulillah, semoga istiqomah. Sebagian dari kita yang lain mungkin belum terbiasa membacanya. Semoga segera memulainya. Tapi pernahkah membaca arti dari surah Al-Kahfi tersebut? Sesungguhnya ada banyak pembelajaran dan hikmah yang didapatkan. Salah satunya adalah kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir di ayat 60-82. Sudahkah kamu membacanya? Mungkin dari arti Al-Kahfi ataupun referensi bacaan lainnya.
Kisah yang mahsyur terdengar tentang pertemuan antara Nabi Khidir dari Nabi Musa menceritakan tentang tiga pembelajaran utama.
Awal mula kisah mereka adalah Nabi Musa yang ingin membersamai Nabi Khidir untuk belajar langsung darinya. Akan tetapi Nabi Khidir menolak karena meyakini bahwa Nabi Musa tidak akan sanggup mengikutinya. Benar saja apa yang diperkirakan oleh Nabi Khidir.
Kisah pertama, Nabi Khidir membocorkan perahu milik orang miskin yang ditumpanginya. Nabi Musa bertanya kenapa dan Nabi Khidir menjawab, “sungguh engkau tidak akan sabar bersamaku”.
Kisah kedua, Nabi Khidir membunuh seorang anak. Nabi Musa pun lagi-lagi bertanya. Jawaban Nabi Khidir masih sama.
Kisah ketiga, Nabi Khidir membangun sebuah rumah yang hampir roboh. Lagi-lagi Nabi Musa pun bertanya. Jawaban Nabi Khidir masih sama seperti sebelumnya.
Singkat cerita, Nabi Khidir pun menjelaskan maksud dari keputusannya yang tidak diketahui oleh Nabi Musa. Membocorkan perahu bermaksud agar perahunya selamat dari rampasan seorang raja. Membunuh anak bermaksud karena anak tersebut kafir dan orangtuanya terancam di masa depan mengikuti anaknya. Dan membangun sebuah rumah yang roboh bermaksud karena ada anak-anak shalih dan harta di bawah rumah tersebut.
Pertemuan Nabi Musa dan Khidir berlangsung dalam waktu singkat. Tapi pertemuan yang terhitung singkat ini mengajarkan kita akan banyak hal. Salah satunya adalah kesabaran dalam membersamai guru.
Membersamai guru adalah salah satu proses belajar yang istimewa. Tidak semua orang yang memiliki akses serupa. Setiap orang tentu ada kendala. Maka kepada kita yang memiliki keuntungan untuk membersamai guru, manfaatlah kesempatan ini dengan sebaik-baiknya.
Sabar dalam berguru. Apa yang diajarkan oleh guru pahami sebaik-baiknya. Apa yang diperintahkan oleh guru asal tidak melanggar syariat, ikuti saja. Mungkin sulit bagi kita untuk memahami aturan atau nasihat yang aneh darinya. Tapi percaya saja, ada maksud baik oleh guru yang mungkin belum kita ketahui saat ini. Tapi yang jelas, dia sudah menjalani terlebih dahulu dan tahu apa maksudnya.
Maka penting bagi kita untuk menjaga adab kepada guru. Jangan sering-sering bertanya yang maksudnya hanya untuk sekadar ingin tahu saja. Tanyalah deengan hikmah.
Bersabarlah para pembelajar. Belajarlah dari kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa.